Jumat, 25 April 2014

HABIB MUNZIR AL MUSAWA


Habib Munzir Almusawa :










saya bercerita sedikit, beberapa tahun yg lalu saya dengar kabar ada seorang preman, pemuda narkoba yg wafat, ia mati dirumah sakit, ia sudah menciumi kaki ibunya dan menangis minta maaf pada ibunya dan menangis tobat, namun ia kemudian wafat.., ia dari kelompok orang miskin

namun masyarakat dan ustadz2 sekitar jijik padanya, ia tidak dishalatkan, ia pun dilarang dishalatkan di masjid, iapun dilarang dimakamkan dikuburan muslimin..

subhanallah..

saya ketika mendengar kabar itu saya segera meluncur kerumah duka, karena saya sibuk sekali saat itu maka waktu itu sudah larut malam, saya sampai disana ayahnya menyambut dengan tangis, tapi ia menghalangi saya masuk kerumahnya..

kenapa...?

ia berkata terputus putus.. dengan gemetar dan tangis : habib.. saya tak mampu.. saya miskin.., habib tak usah masuk rumah saya, saya tak mampu memberi apa apa pada ustadz ustadz disini.., apalagi habib yg datang..habib jangan masuk rumah saya.. saya orang tidak mampu.., ia menangis lagi.., lalu berkata lagi dg sangat lirih.. saya tak mampu mengamplopi habib..

hati saya serasa meledak dari marah namun tak tahu harus marah pada siapa, saya hanya menutupi marah saya dg tawa dan saya menuntunnya masuk rumahnya, seakan dia adalah tamu dan saya adalah tuan rumah..

saya masuk rumah itu saya lihat ruangan tamu dengan dinding tanah, tembok yg tidak di cat, langit langit yg menganga dg kayu kayu tanpa eternit, lampu redup.. duduk disekelililng ruangan itu anak anak gondrong sekitar 20 orang, mereka nunduk dan diam saja..

tak ada satupun yg mengaji.., pasti teman teman si narkoba ini pikir saya..,

pak tua itu berkata lagi : anak saya saya kuburkan disebelah rumah, dan belum dingajikan karena saya tak mampu membayar orang yg mengaji, paketnya 300 ribu.. (saat itu beberapa tahun yg silam, mungkin sekarang sudah naik).

saya memerintahkan pada jamaah : kerahkan 100 orang, penuhi rumah ini dg membaca Alqur,an dg bergantian sampai 3 hari 3 malam, makan minum mereka saya yg tanggung, ramaikan rumah ini dg dzikir..

lalu saya ziarah kemakam almarhum, lalu saya berdoa, lalu menyampaikan tausiah singkat lalu saya permisi..

subhanallah..

semua temannya yg hadir malam itu bertobat, mulai saat itu sekitar 20 orang itu meninggalkan perbuatan buruknya, mereka belajar mengaji, bekerja, menikah, dan terus meninggalkan kemungkarannya..

pak tua itu datang pada saya dan berkata : Habib, anak saya itu matinya disiksa Allah kah..?,

saya katakan : anak bapak ahli sorga, tobatnya diterima Allah, bukti dari tobatnya diterima Allah adalah sebab kematiannya itu temannya yg 20 orang itu tobat pada Allah, itu merupakan bukti bahwa tobat anak bapak diterima Allah, karena kematiannya membawa tobat puluhan orang yg dalam kemaksiatan..

bapak tua itu sampai saat ini selalu sering hadir di majelis majelis kita.

ini adalah satu saja dari ribuan kejadian menyedihkan serupa..

yah.. kita sama samalah berusaha membenahi ummat..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a'lam

saya bercerita sedikit, beberapa tahun yg lalu saya dengar kabar ada seorang preman, pemuda narkoba yg wafat, ia mati dirumah sakit, ia sudah menciumi kaki ibunya dan menangis minta maaf pada ibunya dan menangis tobat, namun ia kemudian wafat.., ia dari kelompok orang miskin

namun masyarakat dan ustadz2 sekitar jijik padanya, ia tidak dishalatkan, ia pun dilarang dishalatkan di masjid, iapun dilarang dimakamkan dikuburan muslimin..

subhanallah..

saya ketika mendengar kabar itu saya segera meluncur kerumah duka, karena saya sibuk sekali saat itu maka waktu itu sudah larut malam, saya sampai disana ayahnya menyambut dengan tangis, tapi ia menghalangi saya masuk kerumahnya..

kenapa...?

ia berkata terputus putus.. dengan gemetar dan tangis : habib.. saya tak mampu.. saya miskin.., habib tak usah masuk rumah saya, saya tak mampu memberi apa apa pada ustadz ustadz disini.., apalagi habib yg datang..habib jangan masuk rumah saya.. saya orang tidak mampu.., ia menangis lagi.., lalu berkata lagi dg sangat lirih.. saya tak mampu mengamplopi habib..

hati saya serasa meledak dari marah namun tak tahu harus marah pada siapa, saya hanya menutupi marah saya dg tawa dan saya menuntunnya masuk rumahnya, seakan dia adalah tamu dan saya adalah tuan rumah..

saya masuk rumah itu saya lihat ruangan tamu dengan dinding tanah, tembok yg tidak di cat, langit langit yg menganga dg kayu kayu tanpa eternit, lampu redup.. duduk disekelililng ruangan itu anak anak gondrong sekitar 20 orang, mereka nunduk dan diam saja..

tak ada satupun yg mengaji.., pasti teman teman si narkoba ini pikir saya..,

pak tua itu berkata lagi : anak saya saya kuburkan disebelah rumah, dan belum dingajikan karena saya tak mampu membayar orang yg mengaji, paketnya 300 ribu.. (saat itu beberapa tahun yg silam, mungkin sekarang sudah naik).

saya memerintahkan pada jamaah : kerahkan 100 orang, penuhi rumah ini dg membaca Alqur,an dg bergantian sampai 3 hari 3 malam, makan minum mereka saya yg tanggung, ramaikan rumah ini dg dzikir..

lalu saya ziarah kemakam almarhum, lalu saya berdoa, lalu menyampaikan tausiah singkat lalu saya permisi..

subhanallah..

semua temannya yg hadir malam itu bertobat, mulai saat itu sekitar 20 orang itu meninggalkan perbuatan buruknya, mereka belajar mengaji, bekerja, menikah, dan terus meninggalkan kemungkarannya..

pak tua itu datang pada saya dan berkata : Habib, anak saya itu matinya disiksa Allah kah..?,

saya katakan : anak bapak ahli sorga, tobatnya diterima Allah, bukti dari tobatnya diterima Allah adalah sebab kematiannya itu temannya yg 20 orang itu tobat pada Allah, itu merupakan bukti bahwa tobat anak bapak diterima Allah, karena kematiannya membawa tobat puluhan orang yg dalam kemaksiatan..

bapak tua itu sampai saat ini selalu sering hadir di majelis majelis kita.

ini adalah satu saja dari ribuan kejadian menyedihkan serupa..

yah.. kita sama samalah berusaha membenahi ummat..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a'lam
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar